Your Cozy Corner

Konsisten

Post a Comment
Salah satu hal yang paling sulit dilakukan di dunia ini adalah konsisten, baik konsisten dalam melakukan kebaikan maupun konsisten untuk tidak melakukan kejahatan. Mari kita lihat pada diri kita masing-masing, berapa lama bertahan melakukan sholat sunnah? Berapa lama bertahan membaca al-Qur'an dan bersedekah setiap hari? Berapa lama bertahan berdzikir dalam segala situasi? Biasanya, kekonsistenan dalam kebaikan dilanggar karena fokus kita bergeser pada kesibukan dunia. Saat kita sibuk dan merasa lelah, kita akhirnya melupakan begitu saja kekonsistenan yang susah payah kita bangun. Selain disibukkan oleh tugas atau pekerjaan, kita juga disibukkan oleh hal-hal menyenangkan yang sebenarnya tidak lebih baik, misalnya bermalas-malasan di tempat tidur, scrolling gadget tanpa tujuan, nonton acara TV yang tidak berfaedah dan sebagainya. Tidak apalah, sekali saja tidak sholat sunnah, tidak apalah sehari saja tidak tilawah, tidak apalah sehari saja tidak sedekah. Tidak apalah bermalas-malasan sebentar, tidak apalah main game sebentar, tidak apalah nonton TV sebentar toh kita perlu hiburan. Berawal dari tidak apalah sehari saja, jika kita tidak waspada maka hal ini sering kali berakhir seterusnya. Dan untuk memulainya lagi sungguh sangat berat. Maka dari itulah menjaga kekonsistenan itu penting.

Konsisten untuk tidak melakulan kejahatan juga sering kita langgar. Jangan dikira kejahatan hanyalah soal mencuri, membunuh dan semacamnya. Menggunjing orang lain juga merupakan kejahatan, berbohong walaupun hal-hal sepele juga kejahatan, tidak tepat waktu pun merupakan kejahatan. Kejahatan-kejahatan kecil yang kita lakukan, selain karena terpaksa atau keuntungan, biasanya dikarenakan dorongan untuk memuaskan hawa nafsu. Bukankah nikmat sekali rasanya membicarakan aib orang lain?

Yang bisa dilakukan agar konsisten dalam melakukan kebaikan adalah mulailah kebaikan dari yang kecil, dari yang sedikit. Allah lebih menyukai sedikit kebaikan yang terus menerus dilakukan daripada sebuah kebaikan besar tetapi hanya dilakukan sekali-sekali. Daripada tilawah satu jus sehari tetapi jarang, lebih baik satu ain tetapi setiap hari. Daripada sholat sunnah delapan rokaat tapi jarang, lebih baik dua rokaat tetapi setiap hari. Daripada sedekah seratus ribu setahun sekali, lebih baik seribu rupiah tapi setiap hari. Begitu juga dengan kebaikan-kebaikan lainnya, tak perlu besar asal konsisten. Ketika kita sudah konsisten dan merasa ringan melakukannya sampai membentuk sebuah kebiasaan yang susah hilang pada diri kita, maka kita bisa menambah kebaikan tersebut sedikit demi sedikit. Yang awalnya tilawah satu ain, bertambah menjadi dua ain setiap hari. Biasanya sholat sunna dua rokaat, bertambah menjadi empat. Yang kemarin sedekah seribu, sekarang menjadi dua ribu. Tambahkan sedikit saja, jangan menambah terlalu besar. Tambahkan sedikit sampai kita benar-benar bisa konsisten dan membentuk sebuah kebiasaan lagi pada diri kita. Begitu seterusnya.

Bagaimana jika kita sibuk? Ingat lagi tentang prioritas amal. Jika kesibukan kita memiliki kedudukan hukum syara atau lebih urgen maka tidak apa ia didahulukan. Namun jika sebaliknya, prioritaskan kekonsistenan kita.

Bagaimana dengan rasa malas? Melawan rasa malas memang sangat berat. Hal ini seperti melawan gravitasi bumi. Sangat sangat berat. Namun, ketika kita berhasil lepas dari gravitasi bumi maka kita akan bebas melayang di angkasa. Begitu juga sekali kita berhasil lepas dari rasa malas, maka dorongan untuk selalu beraktifitas dan produktif menjadi sangat besar. Tentu kita pernah mengalami, suatu hari entah kenapa kita bangun lebih pagi dan bersemangat. Kemudian kita membereskan tempat tidur, menyapu, mencuci piring dan mencuci baju. Setelah semuanya selesai, kita masih saja bertanya, "Apa lagi ya yang perlu dibereskan?" Kita ingin terus bergerak. Begitulah ketika kita telah berhasil melawan rasa malas.

Lalu, bagaimana agar konsisten untuk tidak melakukan kejahatan? Pertama, kita harus tetap sadar ketika beraktifitas sehingga tau bahwa hal itu sebuah kejahatan atau tidak. Setelah sadar, cara yang mungkin adalah segera membelokkan aktifitas tersebut menjadi sebuah kebaikan. Misalnya, saat kita akan minum memakai tangan kiri kita harus sadar bahwa hal itu dilarang dalam Islam. Dengan demikian kita bisa langsung mengganti dengan tangan kanan. Kedua, berusaha menghindar dari kejahatan. Ketika kita mendengar teman-teman kita sedang menggunjing, sebaiknya kita segera menjauh dari mereka agar kita tidak tertarik untuk bergabung. Ketiga, menyibukkan diri dengan kebaikan. Saat kita telah sibuk dengan kebaikan, maka kita tidak akan punya waktu untuk melakukan kejahatan. Selain itu, Allah akan terus membimbing kita dalam kebaikan.

Jika kita mendekat sejengkal pada Allah, Dia mendekat sehasta. Jika kita mendekat sehasta, Dia akan mendekat sedepa. Jika kita berjalan kepadanya, maka Allah akan mendekati kita dengan berlari. Lalu, kenapa kita tidak berlari saja menuju Allah sehingga Allah segera memeluk kita?

Jadi, konsisten yaa!

Related Posts

Post a Comment