Your Cozy Corner

1001 Strategi Membangun Mental Pantang Menyerah pada Anak

22 comments

Salah satu hal yang lumayan agak struggling ngajarinnya ke anak bagiku adalah membangun mental pantang menyerah. Aku mengamati Haya memasuki umur dua tahun sudah mulai ingin melakukan apa-apa sendiri seperti misalnya melepas kancing baju, memakai celana dan menutup toples. Namun, seringkali saat dia belum berhasil dia akan kesal dan merengek "Uuuuhhh uhhhh, gimana sih Ummaaaaa!"

Sebagai emaknya, aku pun nggak jarang dibuat bingung. Pas dia kesal dan marah-marah seperti itu, dia nggak mau dibantu tapi tetap lanjut marah-marah. Apakah ini bentuk sikap pantang menyerah? Mungkin iya, tapi masa iya harus sambil marah-marah gitu. Saat aku bilang bahwa nggak akan berhasil kalau sambil marah-marah, Haya akan semakin kesal.

Di waktu lain, akhir-akhir ini sering juga Haya jadi mudah menyerah saat melakukan hal yang dia anggap sulit atau hal yang dia memang nggak mau melakukannya. "Umma ajaaaa!" serunya. Padahal, dia bisa melakukannya sendiri. Ini sinyal yang kurang bagus menurutku. Kalau diginiin terus bisa bahaya karena dia jadi menggantungkan diri sama orang lain.

Aku jadi ingat setahun yang lalu aku pernah mengikuti Kuliah WhatsApp yang diadakan oleh Popmama Parenting Academy 2020 pada tanggal 30 September 2020, judulnya 1001 Strategi untuk Generasi Unggul: Membangun Mental Pantang Menyerah. Pembicaranya adalah Fathya Artha Utami, M.Psi., Psikolog, seorang psikolog anak dari Tiga Generasi yang biasa dipanggil mbak Fathya. Saat itu mbak Fathya tinggal di Amsterdam, Belanda dan sedang melanjutkan studi S2 di bidang Communication Science di University of Amsterdam. Mbak Fathya ini sangat tertarik dalam bidang perkembangan anak, kesehatan mental ibu, komunikasi keluarga dan pengaturan waktu sebagai orang tua.

membangun mental pantang menyerah

Menurutku, tema membangun mental pantang menyerah pada anak ini sangat penting untuk diketahui oleh para orang tua. Pastinya Bunda juga ingin dong anak-anak Bunda menjadi anak yang pantang menyerah. Ya nggak? Iya kan? Masa? Beneran Bun, ingin punya akan yang pantang menyerah?

Oke biar yakin, coba deh Bunda jawab dulu pertanyaan yang ada pada gambar di bawah. Bunda hanya boleh memilih satu statement ya di setiap barisnya, warna kuning atau warna biru yang paling sesuai dengan hati Bunda atau yang paling Bunda sukai.

kuis mental pantang menyerah

Kalau sudah, boleh dihitung pilihan Bunda. Berapa pilihan Bunda yang ada di kotak kuning, dan berapa yang ada di kotak biru? Apakah lebih banyak yang kuning atau yang biru nih pilihan Bunda?

Menurut mbak Fathya, kalau jawaban Bunda lebih banyak kuning, berarti Bunda perlu lebih banyak membuka diri dengan ketidaknyamanan saat ingin menumbuhkan anak yang pantang menyerah. Kalau jawaban Bunda ternyata sama banyak di atara kuning dengan biru, berarti Bunda sudah lebih siap untuk menumbuhkan mental pantang menyerah pada anak. Terakhir, jika jawaban Bunda lebih banyak biru, ini artinya Bunda sudah sangat siap untuk menumbuhkan anak yang pantang menyerah Bun.

Mengapa statement di kotak warna biru merupakan ciri-ciri anak yang pantang menyerah? Anak-anak akan tumbuh dengan optimal jika ia berada di lingkungan yang nyaman, ada keteraturan, orang tua yang responsif dan hal-hal lain yang membuat anak merasa aman. Namun ternyata, kehidupan anak itu ibarat jungkat-jungkit. Ada sisi yang perlu diseimbangkan agar mereka bisa bertahan hidup dan sukses di kemudian hari.

lingkungan pembentuk anak

Semua hal yang dianggap baik tadi ada pada gambar di atas di sisi kiri jungkat-jungkit. Sedangkan kita juga butuh hal lain untuk membangun mental pantang menyerah pada anak seperti tantangan, ketidaknyamanan, perasaan negatif dan juga fleksibilitas. Penelitian menunjukkan bahwa manusia bisa bertumbuh dan menjadi lebih baik lagi ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman.

Coba deh Bunda ingat, biasanya kita jadi lebih kreatif kalau lagi kepepet kan? Misalnya kita lagi laper banget tapi bahan-bahan yang ada di kulkas sangat minim. Maka apa yang terjadi? Pasti Bunda tetap bisa berkreasi bikin makanan yang enak dan mengenyangkan walaupun hanya dengan bahan seadanya kan Bun.

Nah, jadi ketidaknyamanan atau tantangan itu akan memunculkan sisi lain dari diri kita yaitu kemamppuan untuk menyamankan diri, keinginan untuk terus mencoba, kemauan untuk bangkit dari kegagalan dan akhirnya kita jadi belajar untuk menjadi individu yang pantang menyerah. So, Bunda nggak perlu takut dengan ketidaknyamanan yang terjadi di sekeliling kita. Justru, kita bisa memanfaatkan momen-momen tidak nyaman untuk belajar menjadi individu yang pantang menyerah. Hal ini juga yang akan kita ajarkan dan terapkan untuk anak-anak.

Apa Itu Mental Pantang Menyerah?

Pantang menyerah, yang juga dikenal sebagai resilience, bisa diartikan sebagai kemampuan untuk kembali bangkit dari stress, kecewa dan rasa tidak berdaya dari situasi yang di luar kendali. Dengan demikian, pantang menyerah sebenarnya adalah kumpulan dari skill untuk bertahan hidup. Atau gampangnya adalah, punya mental yang nggak gampang mental.

Buat apa sih anak-anak memerlukan kemampuan pantang menyerah? Seperti yang sudah kita ketahui, anak-anak kita ini adalah anak-anak generasi alfa. Tantangan terbesar dari generasi alfa adalah mereka tumbuh di dunia yang dikenal sebagai Vucal World. Vuca World adalah sebuah singkatan. 

V is for Volatile. Dunia saat ini cepat sekali mengalami perubahan. Berbagai informasi sangat cepat berubah dan sumber informasi pun sangat banyak.

U is for Uncertain. Anak-anak akan menghadapi banyak sekali ketidak pastian dalam hidup mereka. Sebagai contoh, saat pandemi seperti ini, tidak pasti kapan akan kembali sekolah, tidak pasti kapan bisa bermain dengan teman di luar dan sebagainya.

C is for Complex. Ada banyak faktor yang perlu diperhatikan, dipertimbangkan dan dijelaskan pada anak-anak.

A is for Ambigue. Ada ketidakjelasan dari sebuah situasi yang jawabannya abu-abu dan belum tentu.

Nah, udah kerasa kan Bun tantangan anak-anak kita itu besar sekali yaitu Vuca World di mana anak kita berhadapan dengan dunia yang sangat tidak menentu. Harapannya, dengan memiliki kemampuan dan mental pantang menyerah, anak kita menjadi lebih kuat, lebih tidak mudah terbawa ketidakpastian ini, lebih bisa meregulasi emosi dan lebih bisa bertanggung jawab atas hidupnya. Selain itu, anak-anak diharapkan menjadi individu yang lebih tahan banting sehingga tidak mudah loyo saat menghadapi situasi yang tidak sesuai dengan rencananya.

Walaupun ada banyak tantangan, kita juga harus semangat dan pantang menyerah juga yaa Bun untuk menumbuhkan mental pantang menyerah pada anak. Nah gimana sih pola pikir orang tua yang harus kita miliki untuk mendukung terbentuknya  mental pantang menyerah pada anak?

Pola Pikir Orang Tua untuk Menumbuhkan Mental Pantang Menyerah pada Anak

Saat kita ingin menumbuhkan mental pantang menyerah pada anak, hal pertama yang harus dilakukan adalah kita sendiri harus bersiap diri menjadi pelatih anak-anak kita. Nah, hal ini diawali dari pola pikir kita sebagai orang tua. Keberhasilan atas apapun yang kita lakukan itu datangnya dari pikiran kita. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya proses kita dalam melatih anak untuk jadi pantang menyerah juga dari bagaimana kita berpikir dan melihat proses belajar anak. Orang tua harus memiliki tiga pola pikir dasar saat menjadi pelatih bagi anak agar mereka pantang menyerah.

pola pikir orang tua

1. Anak adalah Makhluk Berdaya

Anak-anak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tantangan yang dihadapi. Mereka hanya butuh sedikit dorongan dan sedikit bantuan dari kita para orang tua. Nah, saat kita sudah memiliki pola pikir yang pertama ini kita tidak serta merta membantu meyelesaikan permasalahan anak sekaligus melainkan hanya sedikit memberi dorongan dan bantuan pada anak sehingga mereka bisa menyelesaikannya sendiri.

Sebagai contoh seperti yang aku alami, Haya pernah kesulitan membuka kancing baju. Saat itu dia mulai merengek, kesal dan sedikit menangis. Nah, pada saat seperti itu, kita harus sadar bahwa anak adalah makhluk berdaya. Kita hanya perlu sedikit bersabar dan menunggu sebelum memberikan respon. Jeda ini penting agar anak berusaha lebih dulu sebelum menerima bantuan dari orang lain.

Pola pikir bahwa anak adalah makhluk berdaya ini juga yang melatih kita untuk terus bersabar menunggu usaha anak setiap melakukan sesuatu.

2. Rasa Tidak Nyaman adalah Peluang untuk Tumbuh

Seringkali kita berusaha untuk menjadi individu yang bersikap "nggak apa-apa" dalam setiap kejadian. Kita selalu diberi tahu oleh banyak orang bahwa menjadi bahagia, tersenyum dan tidak menangis adalah sesuatu yang ideal. Namun, semua emosi yang hadir dalam tubuh kita adalah sinyal yang berharga dan sinyal yang perlu kita terima dulu. Sehingga, rasa sedih, rasa tidak nyaman, rasa marah, rasa frustrasi adalah sesuatu yang alamiah yang perlu diterima dan diolah terlebih dahulu.

Nah, yang paling penting adalah bagaimana anak-anak bisa mengolah perasaan tidak nyaman itu sehingga mereka bisa berdamai dengan diri mereka. Selain itu, hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana menjadikan rasa tidak nyaman itu sebagai kesempatan mereka untuk belajar dan melakukan sesuatu. Dengan demikian, rasa tidak nyaman bisa menjadi peluang untuk tumbuh.

3. Pantang Menyerah Itu Perlu Dilatih

Mental pantang menyerah bukan sebuah hasil yang instan dan juga bukan tujuan akhir melainkan sebuah proses untuk menjadi individu yang pantang menyerah. Seperti halnya otot manusia, mental pantang menyerah perlu dilatih sedikit demi sedikit sehingga menjadi kuat. Dengan demikian, kemampuannya bisa terus meningkat dan saat menghadapi tantangan yang semakin besar, kemampuan pantang menyerahnya pun juga semakin besar.

Nah gimana Bun, apakah tiga pola pikir di atas sudah Bunda miliki dan terapkan? Atau ada yang masih sulit dilakukan? Kalau aku biasanya kurang sabar. Saat Haya udah merengek gitu bawaannya ingin ikut ngomel. Tapi, kalau aku nggak sabar gimana Haya jadi bisa pantang menyerah, ya kan Bun. Yukk lah kita juga harus pantang menyerah untuk bersabar dan terus meningkatkan kualitas diri sebagai orang tua agar anak-anak kita memiliki mental pantang menyerah.

Menjadi Orang Tua Pantang Menyerah

Setelah Bunda mempersiapkan pola pikir untuk menjadi pelatih dan mendampingi anak agar memiliki mental pantang menyerah, sekarang kita akan membahas strateginya. Sesua judul kulwapnya, 1001 Strategi Unggul, strategi yang dipaparkan oleh mbak Fathya juga mengandung kata "SERIBU dan Satu". Seribu adalah singkatan nih Bun.

seribu strategi membangun mental pantang menyerah

S - Set The Goal Clearly. Bantu anak untuk melihat dari setiap usahanya itu sebenarnya tujuan akhirnya apa. Ini penting karena seringkali kita menjadi loyo, kurang motivasi atau bahkan mundur saat melihat tantangan yang besar. Kenapa? Karena kita tidak bisa melihat dengan jelas tujuan kita apa. Harapannya dengan kita membantu anak melihat goal yang lebih jelas, dia menjadi tidak mudah menyerah saat menghadapi tantangan yang besar.

E - Empathy. Sebagai orang tua, kita perlu berempati dulu terhadap apa yang sedang anak-anak hadapi. Kita perlu membantu anak-anak untuk mengenali apa yang mereka rasakan. Walaupun tantangan yang dihadapi anak-anak sepertinya sepele, namun hal itu nyata dan besar bagi mereka. Maka dari itu, kita perlu menunjukkan empati dan betul-betul peduli bahwa hal itu adalah masalah yang serius.

R - Regulating Emotion. Salah satu hal yang paling penting untuk memiliki mental pantang menyerah adalah kemampuan untuk meregulasi emosi. Nah, regulasi emosi ini banyak banget kaitannya dengan empati dan mengenali perasaan. Setelah kita berhasil berempati pada anak, kita bisa membantu mereka untuk melabeli perasaan mereka sehingga anak-anak bisa mengenali dan merasakan emosi yang dialami seperti rasa kecewa, malu, takut, kecewa dan sebagainya.

I - Ingatkan Bahwa Anak Berharga. Hal ini erat kaitannya dengan self esteem sehingga sebagai individu kita tetap merasa berharga meskipun sedang mengalami kegagalan. Jadi kita perlu meyakinkan pada anak-anak bahwa anak-anak tetap berharga bagi kita meskipun mereka sedang menghadapi tantangan yang besar, merasa ragu atau bahkan sedang gagal. Kegagalan tidak mendefinisikan siapa diri anak. Tentunya kita memberi tahu anak dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak ya Bun.

B - Berpikir Kritis. Seringkali kita jatuh dan sulit bangun adalah saat kita mendefinisikan kegagalan sebagai kegagalan saja. Padahal sebetulnya ada proses yang bisa kita lihat dan kritisi lagi serta bahkan bisa dijadikan bahan untuk belajar. Jadi ketika anak gagal, ajak anak kita berpikir ulang tentang usaha dan proses yang sudah ia lakukan. Bisa jadi anak tidak gagal melainkan hanya kurang puas akan hasil yang ia peroleh. Untuk itu, Bunda bisa mengajak anak untuk belajar dan berlatih lagi sehingga anak akan mencapai hasil yang ia inginkan dan tidak mengulangi kesalahan yang telah ia lakukan.

U - Ubah Tantangan Menjadi Kesempatan. Ketika ada tantangan dan rasa gagal lalu kita telah mengajak anak untuk mengkritisi hal tersebut, langkah selanjutnya adalah kita bantu anak-anak menarik pelajaran yang bisa diambil dari "kegagalan" tersebut. Hal baik apa yang bisa dipelajari untuk lebih mengembangkan diri?

Strategi SERIBU ini mengajak anak untuk menerima segala perasaan tidak nyamannya tetapi tetap meyakinkan pada anak bahwa mereka berharga dan mereka mampu melihat poin-poin pembelajaran yang bisa mereka bawa untuk melakukan aktifitas selanjutnya agar mereka tidak lagi melakukan kesalahan.

Sedangkan SATU-nya adalah goal atau tujuan kita dalam membangun mental pantang menyerah. Yang kita lakukan sebagai orang tua dan pelatih adalah lebih banyak bertanya dan merefleksikan sehingga anak bisa melihat situasi dan kejadian yang mereka hadapi. Ujungnya adalah, mereka sendiri yang akan menemukan solusi dalam setiap permasalahan dengan sedikit bantuan kita.

Latihan Yuk Bunda!

Nah, kalau udah sekarang waktunya latihan Bun. Saat anak sedang mengalami tantangan atau kegagalan, yuk kita bantu anak menggunakan strategi SERIBU. Latihan setiap hari tentu akan memberikan dampak positif  bagi anak. Jika diterapkan terus-menerus, maka anak akan menjadi generasi yang pantang menyerah. Mental pantang menyerah ini terdiri dari empat karakter yaitu percaya diri, terkendali, adaptif dan banyak akal.

tujuan 1001 strategi

Terakhir, anak-anak akan meniru orang tuanya. Jika kita ingin anak memiliki mental pantang menyerah, maka kita pun juga harus memiliki jiwa dan karakter pantang menyerah. Semangat yaa Bunda. Jangan pernah menyerah melatih anak untuk pantang menyerah!


Related Posts

22 comments

  1. Pas banget nih, anakku lagi dalam masa kayak gini..
    Bisa langsung aku praktekkan besok.. Makasih infonya mom.. Semangattt :D

    ReplyDelete
  2. Ini sama kaya adversity quotion gtu ga ya mba.

    Aku juga lagi gemes ma si nomer 2 nih..baru diajuin tugas sekolah langsung bilang gabisa... heu..yaiyalah belum bisa klo ud biaa mah ga belajar...makasih ya mba infonya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah mbaak, bukan gak bisa tapi gak mau deh kayaknya.

      Delete
  3. The power of kapepet mba😅😆

    ReplyDelete
  4. Baik, aku dapet Strategi SERIBU buat ngajakin anak-anak untuk menerima dan mengatasi segala perasaan tidak nyamannya agar bertumbuh mental pantang menyerah dalam dirinya. insightful banget mba.. Makasih lho sudah berbagi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah langsung dapet SERIBU ya mbak. Kurang satu jangan lupa goalnya.

      Delete
  5. Bagus banget materinya. cocok ini untuk dishare, agar lebih banyak yang mendapat transfer wawasan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih bunda. Yuk bun share yg banyak hehehe.

      Delete
  6. MasyaAllaah.. materinya mantul banget mb Lupi. Catet dulu untuk SERIBU nya. Makasih mb sudah sharing materi ini..
    Btw, kotak biru pilihanku semua hhehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waahhh keren mbak, udah siap banget berarti membangun mental pantang menyerah pada anak.

      Delete
  7. Masya Allah keren poll. Rasanya pengen tak catet semua haha...

    Eh kan udah era digital. Aku save linknya hehe

    Aku membaca ulasan ini mirip dg buku teb danish way of parenting.

    Anak yanga adaptip. Mengendalikan stress ..makanya mereka disebut negara terbahagia.
    Sebab emang anaknya didik untuk bisa bangkit saat terpuruk serta punya kehidupan yg seimbang.

    Orang tua bahagia melahirkan anak bahagia dan tumbuh jadi orang dewasa bahagia dan repeat again..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahh jadi pengen baca bukunya mbaak. Mirip juga sama buku Seni Berbicara pada Anak nggak mbak?

      Delete
  8. Resilience sangat penting utk ditumbuhkan dalam diri anak ya mba, aku masih ada PR nih numbuhin percaya diri anak krna masih susah utk coba hal baru

    ReplyDelete
  9. Bagus ini materinua. Akupun concern ke mental anak nih. Bukan tipe parenting yang akademis bgt. Mental itu pntg apalagi pas dewasa aduh kepaku bgt :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mantab banget mbak Wid. Aku masih belajar menerima perasaan anak mbak, susah juga ternyata.

      Delete
  10. Mbak..makasi sharingnya..akan ku simpn linknya ini..biar bis aku baca ulang dan praktekin...
    Poin pertama di kolom biru anak2ku banget mbak...suka tanya..hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2 mbak. Ini juga jd catatan penting buatku.

      Rasa ingin taunya besar ya mbak, anak2 :)

      Delete
  11. Link yang keren. Banyak dibutuhkan oranh tua ini, apalagi orang tua baru atau new comers. Share nya mantab mbak.

    Era VUCA penuh dengan ketidak pastian.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mbak. Semoga kita bisa jd ortu yg bijak yaa buat anak2.

      Delete

Post a Comment