Your Cozy Corner

4 Penyebab Menurunnya Kesehatan Mental Ibu Baru

2 comments

Apa yang ada di benak kalian saat mendengar kabar mengenai seseorang yang baru saja melahirkan? Apakah "Wah, senangnya udah punya anak!"? Atau "Pasti seru ya punya bayi kecil lucu, bisa diajak main dan becanda setiap hari!"? Atau pikiran-pikiran lain yang senada? Kalau iya, kita sama.

Namun, semua pemikiran itu terbersit dulu saat aku belum memiliki anak. Setelah punya anak, yang aku pikirkan saat mendengar kabar kelahiran adalah, "Semoga si ibu baik-baik saja." 

welcome new mama

Penyebab Menurunnya Kesehatan Mental Seorang Ibu Baru

Mental seorang ibu yang baru saja melahirkan tidak bisa disamakan dengan mental wanita pada umumnya. Apa lagi jika yang ia lahirkan adalah anak pertama. Mungkin tidak semua orang mengalaminya, tetapi sebagian besar memperoleh tekanan pasca melahirkan baik dalam skala ringan, sedang, depresi bahkan hingga menjadi gila.

Melihat kembali ke belakang, aku pun mengalami tekanan itu meski hanya dalam skala ringan. Setelah melahirkan, aku jadi sering melamun lalu tiba-tiba menangis tanpa sebab yang pasti. Padahal, aku adalah seorang pemikir yang hampir tidak pernah melamun. Sepanjang pengalamanku melahirkan dua orang anak, setidaknya ada empat hal yang mempengaruhi kesehatan mental seorang ibu baru.

1. Perubahan Hormon

Suasana hati wanita sedikit banyak dipengaruhi oleh perubahan hormon. Dalam hal ini kita sudah dilatih sejak belia saat kedatangan bulan, ya kan?! Hampir sama dengan itu, ibu yang baru melahirkan juga mengalami perubahan hormon yang membuat mood jadi naik turun. Dan masalahnya adalah perubahan hormon tersebut lebih dahsyat ketimbang perubahan hormon menstruasi biasa.

Untuk meningkatkan mood, lakukan apa saja yang kalian senangi. Aku biasanya membaca novel dari penulis favoritku sambil mengasihi, scrolling instagram atau twitter dan baca-baca komentar para netizen yang sering banget bikin ngakak, ngemil coklat, atau nonton silent vlognya Hami Mommy. Mandi dan keramas juga bisa menjadi relaksasi yang menyenangkan. Untuk hal ini, pastikan ada yang menjaga si kecil ya Bu.

2. Kelelahan

Hari-hari awal pasca melahirkan adalah saat-saat terbaik bagi ibu untuk istirahat karena saat itu bayi masih sering tidur. Ya, walaupun ibu pasti tidak akan bisa benar-benar istirahat karena bayi baru lahir harus disusui dua jam sekali. Belum lagi kegiatan memompa asi yang juga sangat menguras energi bahkan hingga dini hari. Begadang memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan ibu baru. Kelelahan dan kurang tidur menjadi pemicu stress yang nggak bisa disepelekan.

Kerja sama antara ayah dan ibu sangat penting untuk menjaga kewarasan. Jangan sungkan untuk minta tolong pada suami ya Bu. Begitu juga para ayah tolong lebih peka ya. Mencucikan botol dan pompa asi, menggantikan popok saat tengah malam, membantu memandikan bayi, menyiapkan kebutuhan ibu dan hal-hal kecil lain yang ayah lakukan bikin ibu senang sekali loh. Lagipula, bayi kecil itu anak kalian berdua kan. Mengurus dan membesarkannya bukan tugas salah satu saja melainkan kewajiban berdua bersama-sama selamanya.

3. Asi

Setiap ibu pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Hal pertama yang bisa ibu berikan untuk anak adalah asi. Namun karena satu dan lain hal, cukup banyak ibu yang tidak bisa memberikan asi pada bayinya padahal mereka sangat ingin. Akibatnya mereka merasa gagal dan merasa tidak berguna sebagai seorang ibu.

Proses mengasihi bayi memang tidak mudah. Setelah bayi lahir, asi tidak serta merta keluar begitu saja. Saluran asi sangat mungkin mengalami penyumbatan sehingga payudara menjadi bengkak karena asi tidak bisa keluar. Rasa sakit saat payudara bengkak ini nggak main-main loh. Sakit bangetttt! Pada fase ini ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Yang pertama adalah mengusahakan asi keluar dengan cara terus-menerus mengasihi bayi secara langsung walaupun sakit. Yang ke dua adalah memberikan susu formula pada bayi.

Memberikan susu formula sama sekali bukan hal yang salah. Susu formula bukanlah racun. Kalau terdapat indikasi medis sehingga bayi harus diberikan susu formula maka tidak apa-apa. Belum lagi kalau si ibu memang memiliki riwayat penyakit sehingga tidak diperbolehkan mengasihi bayinya. Maka, tidak apa-apa memberikan susu formula Bu. Asi atau susu formula, bagi bayi kita rasanya sama, rasa cinta.

4. Omongan Orang

Yang paling membuatku stress adalah saat orang lain menyarankan ini itu padaku dan bayiku padahal aku lebih tahu apa yang terbaik untuk kami. Biasalah, orang yang sudah punya anak pasti merasa bahwa mereka paling tahu bagaimana merawat bayi. Namun padahal nggak jarang juga yang mereka sarankan itu tidak memiliki referensi yang jelas.

"Loh kok bayinya nggak dibedong?"

"Jangan kebanyakan digendong, nanti bau tangan!"

"Kok nangis terus itu bayinya, asimu kurang deh kayaknya!"

Hmm, pengen ngruwes mulut nyinyir orang nggak sih rasanya. Gini salah, gitu salah. Sebagai ibu baru kita dianggap nggak kompeten. Kalau si ibu bukan tipe cuek, nyinyiran orang bisa memicu stress juga dan berpengaruh ke kesehatan mental. Apa lagi kalau komentar-komentarnya sudah menyinggung dan membandingkan proses melahirkan per vaginam dengan sectio, atau membandingkan asi dengan susu formula. Duh!

be kind

Jadi Bunda yang sedang hamil bersiaplah. Nggak usah dengerin omongan orang. Cari teman yang enak diajak ngobrol dan nggak menghakimi Bun. Kamu tahu apa yang terbaik untukmu dan bayimu. Aku tahu bahwa kamu sudah melakukan yang terbaik. Kesehatan fisik dan mentalmu sangat penting. Sama pentingnya dengan tumbuh kembang bayimu.

Sehat-sehat yaa Buuuunnn!

amazing human


Related Posts

2 comments

  1. Ah.. Jadi flashback. Bunda juga pernah diposisi itu.
    Lumayan masih ada bahagia dengan kelahiran ananda, kalau keguguran gimana? Sama lho ujian mentalnya, bahkan kadangkal lebih berat karena ada hantaman perasaan bersalah.
    Be Kind... Bener banget

    ReplyDelete
  2. kalo aku, masalah utamanya perASIan nih. karena ga bisa breast feeding jd merasa ibu yang gagal :(

    ReplyDelete

Post a Comment